Sehabis melakukan Tawaf, pagi itu sebelum shubuh, saya dan rombongan langsung melakukan ibadah Sa'i. Dan alhamdulillah sebelum subuh saya sudah selesai melaksanakannya.
Ibadah Sa'i merupakan salah satu rukun haji dan umroh yang dilakukan dengan berjalan kaki bolak-balik 7x dari Bukit Safa ke Bukit Marwah dan sebaliknya. Kedua bukit sekarang sudah dihubungkan oleh bangunan panjang berlantai dua. Dengan lebar 20 meter, jalur sa'i tersebut dibagi atas empat jalur, masing-masing dua jalur untuk pejalan kaki dan dua jalur untuk orang-orang sakit yang harus di dorong dengan kursi roda.
Perjalanan Sa'i ini tidaklah terlalu melelahkan karena adanya fasilitas AC dan kipas angin yang terus menerus menghembuskan angin dingin. Seandainya tidak kuat, kita dapat berisitirahat sebentar di pinggir jalur, sambil minum air Zam-zam yang tersedia di banyak tempat di sepanjang jalur Sa'i.
Pada tempat yang ditandai ditandai pilar hijau (neon hijau), jama'ah pri disunatkan untuk berlari-lari kecil, sedangkan wanita berjalan cepat. Sa'i boleh dilakukan dalam keadaan tidak berwuduk. Juga oleh wanita yang lagi datang haid atau nifas.
Jarak perjalanan Sa'i untuk satu kali jalan adalah 405 meter. Jadi tujuh kali perjalanan antara kedua bukit ini berarti sejauh 7 x 2 (bolak balik) x 405 m = 2.835 meter.
Karena pelaksanaan ibadah Sa'i meruapakan ibadah yang menapak tilas pengalaman serta penderitaan yang di alami oleh Siti Hajar, maka untuk lebih khidmat dan khusuk pelaksanaannya, maka para jama'ah dianjurkan membayangkan derita dan kesulitan yang dialami oleh Siti Hajar ketika mencarikan air untuk anaknya Ismail yang ditinggal sang ayah Nabi Ibrahim yang mendapat perintah dari Allah.
Riwayatnya, Mekah menjadi kosong setelah peristiwa banjir di zaman Nabi Nuh. Bangunan Ka'bah hanya berupa gundukan batu bundar tanpa ada seorangpun yang merawatnya. Pada saat seperti itulah Allah menghendaki Ibrahin AS yang tinggal di Kanaan (Palestina) pergi jauh melintasi gunung pasir yang panas dan gerasang membawa istri (Siti Hajar) dan bayi-nya (Ismail) ke daerah padan pasir nan jauh, yaitu di wilayah bernama Hijaz.Belakangan diketahui, di Hijaz itulah letak Baitullah, yang rusak karena banjir bah semasa Nabi Nuh.
Setelah tiba di tempat sesuai perintah Allah itu, Nabi Ibrahim segera bergegas kembali ke Palestina dan tanpa berkata apa-apa ditinggalkannya istri dan anaknya itu. Namun dengan cepat Siti Hajar bertanya:
"Apakah Allah menyuruh agar kau lakukan ini?"
"Ya" jawab Ibrahim
"Kalu begitu, Allah pasti tidak menyia-nyiakan kami" sahut Siti Hajar.
Setelah sampai di perbatasan Ibrahim AS tidak mampu menahan gejolak perasaannya yang tentu saja sangat cemas dan gundah terhadap istri serta anak yang baru lahir sebagai hasil suatu penantian yang panjang. Beliau berhenti dan menghadap ke arah Ka'bah dan seraya mengangkat kedua tangannya lalu berdo'a (QS Ibrahim: 37).
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Aku telah menemptakan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat Rumah Suci-Mu itu. Aku berbuat demikian ya Tuhan kami, demi untuk memungkinkan mereka mendirikan sholat. Karena itu, jadikanlah hati sebagaian manusia gandrung mencintainya. Dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, semoga mereka bersyukur."
Sementara itu diriwayatkan bahwa setelah perbekalan makan dan minum habis. Siti Hajar yang bingung berusaha mencari bantuan dengan berlari ke atas bukit Safa dan Marwah mengharap ada orang atau musafir yang melintas di gurun sekitar.
Dari bukit Safa ia berjalan setengah berlari menuju bukit Marwah begitu terus berjalan bolak-balik anatar kedua bukit ia lakukan sampai tujuh kali. Akhirnya setelah menaiki Marwah keempat kalinya Beliau merasakan bahwa usahanya sudah optimal, lalu kembalilah Beliau ke tempat anaknya dengan putus asa. Pada saat kehabisan harapan itulah serta merta datang malaikat Jibril. Melalui kaki Ismail, jibril menghentak tanah sehingga keluarlah air Zam-zam. Dengan air Zam-zam yang mempunyai hadis dan keajaiban itu, mereka dapat hidup berhari-hari. Malah ada yang berpendapat berbulan-bulan.
Peristiwa bolak-balik antara Safa dan Marwah inilah yang diabadikan oleh umat Islam sebagai prosesi Sa'i yang termasuk dalam rangkaian Ibadah Haji dan Umrah. Kemudian lokasi kedua tempat ini disebut Mas'a (tempat Sa'i).
Ibadah Sa'i merupakan salah satu rukun haji dan umroh yang dilakukan dengan berjalan kaki bolak-balik 7x dari Bukit Safa ke Bukit Marwah dan sebaliknya. Kedua bukit sekarang sudah dihubungkan oleh bangunan panjang berlantai dua. Dengan lebar 20 meter, jalur sa'i tersebut dibagi atas empat jalur, masing-masing dua jalur untuk pejalan kaki dan dua jalur untuk orang-orang sakit yang harus di dorong dengan kursi roda.
Perjalanan Sa'i ini tidaklah terlalu melelahkan karena adanya fasilitas AC dan kipas angin yang terus menerus menghembuskan angin dingin. Seandainya tidak kuat, kita dapat berisitirahat sebentar di pinggir jalur, sambil minum air Zam-zam yang tersedia di banyak tempat di sepanjang jalur Sa'i.
Pada tempat yang ditandai ditandai pilar hijau (neon hijau), jama'ah pri disunatkan untuk berlari-lari kecil, sedangkan wanita berjalan cepat. Sa'i boleh dilakukan dalam keadaan tidak berwuduk. Juga oleh wanita yang lagi datang haid atau nifas.
Jarak perjalanan Sa'i untuk satu kali jalan adalah 405 meter. Jadi tujuh kali perjalanan antara kedua bukit ini berarti sejauh 7 x 2 (bolak balik) x 405 m = 2.835 meter.
Karena pelaksanaan ibadah Sa'i meruapakan ibadah yang menapak tilas pengalaman serta penderitaan yang di alami oleh Siti Hajar, maka untuk lebih khidmat dan khusuk pelaksanaannya, maka para jama'ah dianjurkan membayangkan derita dan kesulitan yang dialami oleh Siti Hajar ketika mencarikan air untuk anaknya Ismail yang ditinggal sang ayah Nabi Ibrahim yang mendapat perintah dari Allah.
Riwayatnya, Mekah menjadi kosong setelah peristiwa banjir di zaman Nabi Nuh. Bangunan Ka'bah hanya berupa gundukan batu bundar tanpa ada seorangpun yang merawatnya. Pada saat seperti itulah Allah menghendaki Ibrahin AS yang tinggal di Kanaan (Palestina) pergi jauh melintasi gunung pasir yang panas dan gerasang membawa istri (Siti Hajar) dan bayi-nya (Ismail) ke daerah padan pasir nan jauh, yaitu di wilayah bernama Hijaz.Belakangan diketahui, di Hijaz itulah letak Baitullah, yang rusak karena banjir bah semasa Nabi Nuh.
Setelah tiba di tempat sesuai perintah Allah itu, Nabi Ibrahim segera bergegas kembali ke Palestina dan tanpa berkata apa-apa ditinggalkannya istri dan anaknya itu. Namun dengan cepat Siti Hajar bertanya:
"Apakah Allah menyuruh agar kau lakukan ini?"
"Ya" jawab Ibrahim
"Kalu begitu, Allah pasti tidak menyia-nyiakan kami" sahut Siti Hajar.
Setelah sampai di perbatasan Ibrahim AS tidak mampu menahan gejolak perasaannya yang tentu saja sangat cemas dan gundah terhadap istri serta anak yang baru lahir sebagai hasil suatu penantian yang panjang. Beliau berhenti dan menghadap ke arah Ka'bah dan seraya mengangkat kedua tangannya lalu berdo'a (QS Ibrahim: 37).
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Aku telah menemptakan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat Rumah Suci-Mu itu. Aku berbuat demikian ya Tuhan kami, demi untuk memungkinkan mereka mendirikan sholat. Karena itu, jadikanlah hati sebagaian manusia gandrung mencintainya. Dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, semoga mereka bersyukur."
Sementara itu diriwayatkan bahwa setelah perbekalan makan dan minum habis. Siti Hajar yang bingung berusaha mencari bantuan dengan berlari ke atas bukit Safa dan Marwah mengharap ada orang atau musafir yang melintas di gurun sekitar.
Dari bukit Safa ia berjalan setengah berlari menuju bukit Marwah begitu terus berjalan bolak-balik anatar kedua bukit ia lakukan sampai tujuh kali. Akhirnya setelah menaiki Marwah keempat kalinya Beliau merasakan bahwa usahanya sudah optimal, lalu kembalilah Beliau ke tempat anaknya dengan putus asa. Pada saat kehabisan harapan itulah serta merta datang malaikat Jibril. Melalui kaki Ismail, jibril menghentak tanah sehingga keluarlah air Zam-zam. Dengan air Zam-zam yang mempunyai hadis dan keajaiban itu, mereka dapat hidup berhari-hari. Malah ada yang berpendapat berbulan-bulan.
Peristiwa bolak-balik antara Safa dan Marwah inilah yang diabadikan oleh umat Islam sebagai prosesi Sa'i yang termasuk dalam rangkaian Ibadah Haji dan Umrah. Kemudian lokasi kedua tempat ini disebut Mas'a (tempat Sa'i).
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete