Makan Tahu Sumedang di Jalan Poros Balikpapan - Samarinda

Perjalanan dari Balikpapan dan Sumedang, kami tempuh melalui jalan darat. Jalannya mulus namun sempit hanya dua lajur dan kondisinya berbelok-belok, ini sangat berbahaya. Apalagi saya amati jalannya kendaraan pada ngebuut. Saya dengar juga sering terjadi kecelakaan di jalur ini.

Jarak antara Balikpapan - Samarinda sepanjang 110 km, dan ditempuh kurang lebih sekitar 2,5 jam. Jalan tersebut dinamakan Jalan Poros Balikpapan - Samarinda. Tepat di KM. 50 ada sebuah Rumah Makan Tahu Sumedang. Informasi dari teman-teman yang sudah pernah kesana siih, rasanya mantap, tak kalah enak kalau makan di Sumedang.

Begitu Tahu Sumedang tersaji di meja makan, langsung kami santap. Betul juga rasanya luar biasa, manstap. Katanya siih Tahu tersebut memang dibuat langsung oleh orang asli Sumedang yang tinggal di situ. Di Rumah makan tersebut, selain Tahu Sumedang juga ada Ayam Goreng yang sangat empuk, nikmat sekali.

Saya coba search di Internet, mengenai sejarah Tahu Sumedang. Berikut ini kisah-nya, yang saya kutip dari Wikipedia.

Bermula dari kreativitas yang dimiliki oleh istri Ongkino, yang memang semenjak awal sebagai orang yang pertama kali memiliki ide untuk memproduksi Tou Fu (dari bahasa Tionghoa, Hokkian "tau hu", yang berarti sama) yang lambat laun menjadi berubah nama menjadi "Tahu".

Tahun demi tahun, Ongkino beserta istri tercinta terus menggeluti usaha mereka hingga sekitar tahun 1917 anak tunggal mereka Ong Bung Keng menyusul kedua orang tuanya ke tanah Sumedang. Bung Keng kemudian melanjutkan usaha kedua orang tuanya yang sampai keduanya memilih kembali ke tanah kelahiran mereka di Hokkian, Republik Rakyat Cina.

Rumah Makan Tahu Sumedang Jl Poros Balikpapan - Samarinda km. 50

Melalui alih generasi Ong Bung Keng, anak tunggal Ongkino, terus melanjutkan usaha yang diwariskan dari kedua orang tuanya hingga akhir hayatnya di usia 92 tahun. Di balik kemasyhuran tahu Sumedang ada pula kisah yang berbau mistik, seperti apa yang diceritakan cucu dari Ongkino, Suryadi.

Sekira tahun 1928, konon suatu hari tempat usaha sang kakek buyutnya, Ong Bung Keng, didatangi oleh Bupati Sumedang, Pangeran Soeria Atmadja yang kebetulan tengah melintas dengan menggunakan dokar dalam perjalanan menuju Situraja.

Kebetulan, sang Pangeran melihat seorang kakek sedang menggoreng sesuatu. Pangeran Soeria Atmadja langsung turun begitu melihat bentuk makanan yang amat unik serta baunya yang harum. Sang bupati, Pangeran Soeria Atmadja kemudian bertanya kepada sang kakek, "Maneh keur ngagoreng naon? (Kamu sedang menggoreng apa?)". Sang kakek berusaha menjawab sebisanya dan menjelaskan bahwa makanan yang ia goreng berasal dari Tou Fu China.

Karena penasaran, sang bupati langsung mencoba satu. Setelah mencicipi sesaat, bupati secara spontan berkata "Enak benar masakan ini! Coba kalau kamu jual, pasti laris!", dengan wajah puas.

Tak lama setelah kejadian ini, Tahu Sumedang digemari oleh penduduk Sumedang dan kemudian sampai ke seluruh Indonesia.

Comments