Alhamdulillah, saya masih mendapatkan tiket Garuda ke Denpasar dari Surabaya pada hari Kamis pagi jam 06.00 tangal 17 November 2011, meskipun saya sempat khawatir kehabisan tiket karena baru booking secara online di www.garuda-indonesia.com dua hari sebelumnya.
Saya cukup sering pergi ke Denpasar, terutama bulan-bulan terakhir ini. Dan pilihan saya selalu menggunakan Garuda, meskipun harganya sedikit di atas maskapai lainnya, tapi sebanding dengan pelayanan dan kenyamanannya. Kita bisa menikmati sajian video dan musik, serta mendapatkan makanan ringan, meskipun jarak tempuh dari Surabaya ke Denpasar hanya 39 menit.
Saya ada meeting dua hari di Denpasar, namun sengaja saya tidak pulang setelah meeting, karena Istri dan dua anak saya akan menyusul datang ke Denpasar. Jum'at sore saya bersama driver dengan mobil pinjaman teman, menjemput ke Bandara Ngurah Rai. Agak delay setengah jam, karena saat itu banyak tamu negara yang datang ke Bali, kebetulan ada KTT Asean.
Jalan Menuju Pantai Kuta |
Sore itu kami langsung menuju ke Harris Resort di jalan Pantai Kuta. Perjalan dari Bandara ke Harris Resort cukup lancar. Kami lihat banyak sekali turis yang hilir mudik dijalan-jalan menuju pantai Kuta. Saya jadi ingat tahun 2002, satu minggu sebelum terjadi Bom Bali 1 yang terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002 terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian Kuta.
Pantai Kuta |
Ketika itu saya bersama keluarga berlibur pertama kali ke Bali, suasana sangat ramai dan hidup dengan banyaknya Turis Domestik mupun Asing yang berlibur di Bali.
Sekitar tiga bulan setelah Bom Bali 1, saya ke Bali kembali, dan saya lihat sangat kontras, jarang sekali Turis Asing yang berseliweran di jalanan Kuta. Saya waktu itu sempat ngobrol dengan Sopir Taxi yang membawa saya ke Hotel. Dia bercerita dengan raut muka yang sedih, bahwa penghasilannya turun cukup tajam, Hotel-hotel sepi yang menginap, bahkan banyak toko-toko atau kios-kios di seputar daerah wisata yang tutup.
Alhamdulillah, seiring dengan waktu berangsur-angsur keadaan kembali normal. Turis Asing sudah kembali meramaikan Bali, travel warning mulai dicabut dari negara-negara asing. Dan saya lihat keadaan Bali saat ini jauh lebih baik dibandingkan sebelum Bom Bali 1, bila di lihat banyaknya Turis yang datang.
Harris Resort Kuta dilihat dari Lantai Tempat Kami Menginap |
Seperti terlihat di Harris Resort Kuta, tempat saya menginap selama dua hari. Lebih banyak Turis Asing terutama dari negara Asia (Jepang, Korea dan China) yang menginap dibandingkan dengan Turis Domestik. Demikian juga pada saat menginap di Hotel Mercure di Sanur, banyak sekali Turis Asing, kebanyakan dari Australia dan Eropa.
Pantai Sanur di Belakang Hotel Mercure |
Begitu juga ketika saya mengunjungi Bedugul, denyut kehidupan pariwisata sangat terasa. Guide yang memandu Turis Asing, saya lihat senyum penuh keramahan menerangkan sejarah Bedugul kepada para Wisatawan.
Bedugul dengan Danaunya yang Indah |
Terlebih lagi di Tanah Lot, kios-kios sungguh sangat semarak dan banyak pembelinya. Berbeda dengan Kuta dan Sanur yang banyak terlihat Turis Asing, di Tanah Lot kebanyakan yang berkunjung adalah Turis Domestik.
Tanah Lot yang Ramai Turisnya |
Jalan dari lokasi parkir menuju lokasi wisata Pura yang terletak di atas batu besar, sangat ramai dipenuhi dengan kios-kios yang menjajakan kerajinan khas Bali, souvenir, kaos dan makanan serta minuman. Coba bayangkan berapa orang yang menggantungkan hidupnya dari situ. Sungguh dengan adanya Wisata Tanah Lot ini turut menggairahkan industri Wisata Bali.
Makan Malam di Jimbaran |
Hal yang sama terjadi, ketika kami makan malam di Jimbaran. Kalau ke Jimbaran, langganan saya adalah Nyoman Cafe, salah satu tempat meledaknya Bom Bali 2 yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 2005 lalu.
Sore menjelang malam itu, saya senang mendengar tawa ceria dari Turis Asing terdengar renyah, Pelayan dengan cekatan dan penuh senyum optimis, Pengamen yang dengan keahliannya menyanyikan lagu yang berasal dari negara dimana Turis berasal. Sangat hidup suasana di Jimbaran dengan begitu banyaknya Turis Asing yang bersantap malam menikmati nikmatnya seafood segar ditemani lilin-lilin dan deburan ombak.
Kios Souvenir di Bedugul |
Tak dipungkiri lagi Industri Paiwitasa menjadi pendorong denyut nadi kehidupan di Bali serta dapat menghidupi rakyat Bali. Imbas dari menggeliatnya Wisata Bali sangat dirasakan oleh rakyat kecil, mulai pedagang keliling, kios-kios souvenir, Sopir Taxi, Tour Guide, warung makan, Pelayan Losmen, Pelayan Hotel dan masih banyak lagi yang menggantungkan hidupnya dari industri Wisata Bali.
Jalan Menuju Tanah Lot yang Dipenuhi Pedagang Souvenir dan Makanan |
Tidak dapat dibayangkan, jika Wisata Bali lesu, pasti dampaknya sangat luar biasa bagi kehidupan dan perekonomian masyarakat Bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Kenapa Indonesia juga kena dampak juga bila Wisata Bali tidak bergairah? karena ada keterkaitan yang kuat dengan industri pendukungnya.
Pusat Souvenir dengan Kata-Kata Unik Joger di Desa Luwus Tabanan Bali |
Kita lihat salah satu contoh, dengan datangnya turis asing tentunya mereka akan membelanjakan uangnya di Indonesia, sehingga mau tidak mau juga akan menjaga stabilitas nilai tukar mata uang Rupiah Indonesia. Industri pendukung lainnya juga akan tumbuh, semisal industri penerbangan, perhotelan serta tour & travel. Investor Asing juga akan tertarik menanamkan modalnya di Indonesia, khususnya pada Sektor Wisata di Bali. So, Wisata Bali merupakan aset bangsa yang tidak bisa disepelekan begitu saja.
Tiba waktunya saya balik ke Surabaya, Jadwal take off Pesawat Garuda GA 345 yang akan kami naikin adalah pukul 15.15 WITA sehingga pagi sampai siang, kami masih ada waktu untuk jalan-jalan. Kami putuskan untuk ke Tanjung Benoa, Nusa Dua dan GWK.
Tanjung Benoa, saat ini menjadi kawasan favorit untuk olah raga air atau water sport, karena pantainya cukup tenang, bila dibandingkan Kuta dan Sanur. Banyak wisatan domestik maupun turis asing yang mencoba uji nyali dengan berbagai permainan air yang menantang, semisal banana boat, scuba diving, snorkeling dan Flying Fish. Hal ini patut disyukuri oleh Bangsa Indonesia, tidak ada tempat di dunia ini yang seperti Tanjung Benoa Bali.
Tanjung Benoa Bali |
Dari Tanjung Benoa, kami meluncur ke Nusa Dua Bali, syukurlah kami diperbolehkan masuk ke kawasan tersebut, tepat sehari setelah selesainya KTT Asean ke-19. Presiden Amerika Serikat Obama juga menghadirinya. Hal ini membuktikan kepercayaan dunia akan keamanan di Bali sudah pulih. Dan tinggal Pemerintah Indonesia untuk gencar melakukan even maupun promosi ke Mancangera.
Bersamaan dengan KTT Asean tersebut, di Nusa Dua juga dilaksakan perhelatan Asean Blogger Conference, yang diikuti oleh Blogger dari negara-negara di Asia Tenggara. Dalam konferensi yang pertama itu dihasilkan Deklarasi Asean Blogger, yang salah satu poin-nya adalah menetapkan tanggal 16 November sebagai Asean Blogger's Day.
Sayang di GWK (Garuda Wisnu Kencana), kami tidak sempat masuk hanya sampai pintu gerbang, karena sudah menjelang waktu-nya harus check-in di Bandara. Namun meskipun melihat dari kejauhan, saya yakin ke depan bila pembangunan GWK ini selesai, akan menjadi Taman Wisata Budaya terbesar di Indonesia, bahkan di dunia.
Kawasan Nusa Dua yang Bersih dan Asri |
Tak berapa lama dari GWK, kami sudah sampai di Bandara International Ngurah Rai Bali yang saat ini sedang dalam taraf renovasi dan perluasan. Memang sudah selayaknya Bandara ini dipercantik, karena sebagai pintu gerbang Wisata Bali. Kami santai sejenak di Executive Lounge sebelum boarding naik Garuda Indonesia ke Surabaya.
Di atas pesawat yang sangat nyaman dan ditemani video clip dari layanan Inflight Entertainment Garuda, kembali terlintas wajah-wajah sumringah dan ceria masyarakat Bali menyambut Wisatawan, dengan sejuta harapan kehidupan perekonomian yang lebih baik.
Pingin ke Bali jadinya :)
ReplyDeleteIya mantap nih info nya, lengkap lagi info nya! semua tempat wisata yang musti dikunjungin sudah dibahas lengkap! =)
ReplyDelete